Industri 4.0 atau revolusi industri keempat menawarkan potensi besar untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya produksi, dan meningkatkan kualitas produk. Namun, dalam era industri 4.0, manusia tetap menjadi penggerak utama di balik kemajuan teknologi dan proses otomatisasi.
Dalam teori Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), terdapat konsep Employee Involvement (keterlibatan karyawan) yang mengutamakan peran karyawan sebagai penggerak utama dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam era industri 4.0, konsep ini menjadi semakin relevan, di mana karyawan diberi peran penting dalam mengembangkan teknologi dan proses otomatisasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi.
Selain itu, data juga menunjukkan bahwa manusia tetap menjadi faktor kunci dalam era industri 4.0. Sebuah studi oleh Deloitte pada tahun 2020 menemukan bahwa hampir 90% dari perusahaan yang dianalisis mengakui bahwa keterampilan manusia tetap menjadi faktor penting dalam mengembangkan teknologi dan proses otomatisasi. Selain itu, studi tersebut juga menemukan bahwa keterampilan manusia yang paling diperlukan dalam era industri 4.0 adalah kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan untuk bekerja dalam tim.
Namun, tantangan besar dalam era industri 4.0 adalah meningkatkan keterampilan para talenta unggul untuk mengikuti perkembangan teknologi yang cepat. Sebuah laporan oleh McKinsey Global Institute pada tahun 2018 menemukan bahwa sekitar 375 juta karyawan di seluruh dunia harus memperoleh keterampilan baru pada tahun 2030 sebagai akibat dari perubahan teknologi. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengadopsi program pelatihan dan pengembangan yang efektif untuk meningkatkan keterampilan karyawan dalam era industri 4.0.
Selain itu, perusahaan juga perlu menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan ramah terhadap teknologi. Sebuah studi oleh Accenture pada tahun 2021 menemukan bahwa lebih dari separuh (55%) dari karyawan merasa tidak nyaman dengan adopsi teknologi baru di tempat kerja. Oleh karena itu, perusahaan perlu memperkuat komunikasi dan keterlibatan karyawan dalam proses pengembangan dan adopsi teknologi baru untuk meningkatkan penerimaan teknologi dan efektivitas kerja.
Di Indonesia, revolusi industri 4.0 sedang mengalami perkembangan pesat, terutama dalam sektor manufaktur, transportasi, dan teknologi informasi. Pemerintah Indonesia telah menyadari pentingnya industri 4.0 dan berkomitmen untuk memajukan sektor industri dengan teknologi baru. Di sisi lain, hal ini juga memunculkan tantangan dalam menciptakan talenta sumber daya manusia yang kompeten dan siap untuk menghadapi era baru ini.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah Indonesia telah mengadopsi program pendidikan dan pelatihan keterampilan yang berfokus pada teknologi dan inovasi. Program-program seperti Sekolah Vokasi, Politeknik, dan Pusat Pelatihan Kerja telah dibangun untuk memberikan keterampilan dan pengalaman yang relevan dengan kebutuhan industri 4.0. Selain itu, pemerintah juga mengadakan program-program sertifikasi dan sumber daya manusia (SDM) yang disesuaikan dengan tuntutan industri 4.0.
Namun, tantangan yang dihadapi di Indonesia terutama adalah kurangnya ketersediaan SDM yang terampil dalam teknologi canggih seperti kecerdasan buatan, robotika, dan pemrosesan data besar. Sebuah laporan dari Asosiasi Industri Telekomunikasi Indonesia pada tahun 2020 menunjukkan bahwa 40% dari perusahaan teknologi Indonesia mengalami kesulitan dalam merekrut tenaga kerja yang memiliki keterampilan teknologi yang cukup. Hal ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan teknologi para talenta muda di Indonesia.
Selain itu, perusahaan juga harus menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan ramah terhadap teknologi. Talenta muda harus dilibatkan secara aktif dalam pengembangan dan adopsi teknologi baru, sehingga mereka merasa memiliki tanggung jawab dalam menciptakan perubahan positif dalam perusahaan. Ini akan meningkatkan penerimaan teknologi dan efektivitas kerja
Dengan demikia, penting bagi Indonesia untuk menghasilkan SDM yang terampil dalam teknologi canggih dan mampu menghadapi tantangan industri 4.0. Perusahaan harus memperkuat program pelatihan dan pengembangan keterampilan teknologi bagi karyawan, serta menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan ramah terhadap teknologi. Dengan demikian, Indonesia dapat bersaing di era industri 4.0 dan mempercepat pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.